Akar gigi = jenggotan

Akar gigi = jenggotan

Wednesday, February 4, 2009

Buku Budiman


"Budiman itu orang gila dan Djito kaya Budiman."

Sejak awal saya injakkan kaki di kantor ini, sudah dua buku yang saya dapat secara gratis. Pertama bukunya, “Ngobrolin iklan yuks” karya Budiman Hakim dan berlanjut pada “Komunikasi Cinta” menembus G-spot karya Djito Kasilo.

Cerita dimulai dengan Budiman Hakim yang setiap orang memanggilnya om Bud atau BH ini pertama saya dengar hanya dari komunitas anak iklan di kampus daerah Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Maklum saja, saya hanya salah satu anak jurusan jurnalistik, jadi tidak terlalu tahu siapa itu Budiman Hakim. Setelah itu teman saya pernah magang di Macs909, dan dia sedikit bercerita tentang Budiman ini. Untuk ukuran mahasiswa, saya menangkap bahwa mereka mendewakan Budiman Hakim. Dan saking penasaran seperti apa orangnya, saya mencoba membeli terus membaca buku pertamanya Budiman Hakim, “Lentur Tapi Relevan”. Terpampang di situ foto Budiman Hakim dengan kumis tebalnya. Yang jelas saya melihat kenapa setiap orang memanggil om, mungkin saja Budiman ini seperti om-om yang ada di mall menggoda gadis-gadis manja umuran saya. Atau mungkin saja seperti om-om di pub dengan beberapa botol Bir di mejanya.

Namun disini, saya tidak membahas masalah om-om, saya hanya menulis tentang penulis dari buku yang menempel di otak saya. Jujur saja, pertama membacanya, otak saya sudah ga bisa mikir yang lain. Janjian bareng pacar pun saya lupa, dan yang saya ingat hanya bagaimana menyelesaikan buku ini dalam waktu beberapa jam. Dan setelah membaca bukunya, saya bilang penulis “Lentur Tapi Relevan” itu bukan Dewa tapi termasuk orang gila.

Kedua, tentang Djito Kasilo yang tahun kemarin meluncurkan Komunikasi Cinta. Dan di pasaran, buku ini laku keras kaya kacang goreng. Awalnya saya juga kurang tau siapa Djito Kasilo yang sering dipanggil Ayah oleh beberapa cewe. Kali itu, saya dekat dengan seorang cewe yang kerja di salah satu PH sebagai senior AE. Dan PH si cewe ini sering ngerjain dari Agency Djito, alhasil saya sedikit tidak aneh dengan kata Ayah Djito. Akhirnya saya tau kalo Djito ini salah satu ECD multinasional agency yang sekarang menjadi Head Strategic Planner di agency lokal. Keputusan yang amat sangat berani, dari bos kreatif menjadi strategic planner. Dan dengan bukunya itu, saya menangkap bahwa kreatif memang harus kreatif. Dan sekarang, saya selalu belajar mencari strategi untuk konsep sebelum ke tahap eksekusi. (disambung lagi, lagi males).

Kembali ke Budiman Hakim yang doyan bir dan bulan ini telah meluncurkan bukunya “SEX AFTER DUGEM”, tapi kok kantor tumben lama kasih buku gratisan ya?

Ferbruari 2009

Lagi males ngerjain Radio ad buat Panasonic

*Gila adalah kreatif

1 comment:

WIBAWA INDONESIA said...

GILA MAH GILA WAE TEU KUDU DIKASIH EMBEL2 KREATIF SAGALA.