Akar gigi = jenggotan

Akar gigi = jenggotan

Friday, September 26, 2008

Harapan Itu Masih Ada

Semoga tak sekedar harap!!

Maaf Jika Salah

Aku tau kamu pinter nulis dan memang lebih dulu suka menulis sebelum aku. Tapi ingin kuungkapkan dan berikan kamu cinta melalui tulisan yang dianggap romantis oleh setiap orang. Tetapi maaf jika aku tak mampu mengirim dengan bahasa yang kau mengerti dan sukai. Kata-kataku kaku dan ungkapanku kasar, karena aku seorang lelaki egois dan kamu telah menjadi bunga di dalam vas yang membutuhkan piano.

Akhirnya kutulis ini yang dianggap biasa jika dibandingkan tulisanmu diblog, biar kubaca sendiri dan kukirim dalam hati, barangkali sesekali dalam tidurmu ada suara melenting dan menerobos mimpimu, bagai bola-bola kristal yang berpedaran mungkin sekali asing dan bising, tetapi percayalah semua itu, kuberikan dengan sepenuh hati.



Selamat idul Fitri. Mohon Maaf Lahir dan Batin. Maaf jika ada salah kata dan ucapan. Semoga kita mendapatkan kemenangan di hari yang Fitri.

Bukan Jaminan

Berani ngungkapin bukan jaminan bakal jadian. Jadian juga belum tentu cocok untuk bahagia.

Thursday, September 25, 2008

Curhat Bersama Perempuan

Kala Ivan merenung di teras depan rumahnya. Saat itu jam tangannya menunjukan 01:30 wib. Tiba-tiba ia dikagetkan oleh suara seorang wanita.

Nak, kamu masih memikirkan akan masalah kemarin ya. Ibu seh cuma ngingetin aja,
“Paling susah dikerjakan dalam pernikahan adalah proses komunikasi untuk menerima pasangan kita apa adanya. Menerima segala kelemahan dan kekuatannya.“
Apakah pilihanmu sudah tau siapa kamu, bagaimana keadaan keluarga kita. Dan apakah dia akan menerima keadaan kita ini? Kamu harus ingat itu.

Tanpa sadar mulut Ivan pun berucap,
Sudah bu, itu semua tidak membuat aku gentar untuk menjalani pernikahan nanti. Semuanya bisa aku jalani dan atasi tentunya dengan keyakinan. Aku sangat yakin. Jikalau kesulitan itu ada berarti aku memang masih hidup. Semua harus siap dengan rencana bu. Kalau masalah mereka terima kita, alhamdulillah mereka udah menerima dengan tangan terbuka.

Aku tetap yakin bu, “Jika tingkat kesulitannya lebih besar, maka akan lebih besar pula kepuasannya dalam menikmati hasilnya.”

Ini bukan salah satu bentuk untuk membela diri aku sendiri tapi sebuah kepercayaan dan keinginan aku akan sebuah visi yang dipegang. Mungkin dari situ aku tidak lagi hanya dianggap sebagai orang yang masih kecil terus. Akan tetapi, seseorang yang dianggap bisa bertanggung jawab. Aku tau kok bu, memang seseorang yang dianggap matang atau dewasa adalah orang yang bisa mentransfer visinya menjadi sebuah karakter dan juga bisa bertanggung jawab atas apa yang dikatakannya.
Ivan masih berbicara tanpa henti. Karena dia yakin dengan siapa pilihannya.

Namun seketika suasana teras halaman itu menjadi sunyi. Ivan yang masih duduk di kursi teras didekati dan dipeluk secara tiba-tiba oleh ibunya sembari berkata, “Ternyata kamu keras seperti bapakmu, dan memang kamu sudah besar ya. Kenalkan pada ibu nak siapa wanitamu.”

Lalu ibu pergi dengan diiringi embun pagi.




* Terima kasih untuk mereka atas pembicaraan yang jarang dilakukan namun memberi arti. Bebaskan mimpimu di surga bu.

Wednesday, September 24, 2008

Proposal – Hidup Itu Dengan Rencana

……………….. Walaupun ruangan itu dingin oleh beberapa AC, tapi suasana Anggi beda seperti panasnya matahari di siang bolong. Nada anggi sedikit sewot karena ivan tetap memaksa dengan meminta jawaban mau atau tidak untuk memulai satu hubungan. Dengan cara yang tidak semestinya, tentunya dengan cara seperti orang di todong, katanya.
“Apa seh van, udah deh. Apa yang lo mau dari gw. Gw aneh van. Gw lemot.”

Namun ketika Anggi masih dengan kemarahan itu, Anggi dikagetkan dengan perkataan Ivan,
“Gw tau lu aneh tapi gw disini bukan cuma pengen pacaran doang. Gw pengen nikahin lo, nggi.”

Hah…??
Anggi kaget dan terdiam waktu itu atas apa yang diucapkan oleh Ivan. Terlihat dari raut mukanya dia, “gamang”.
Sewaktu anggi terdiam atas kekagetannya dengan perkataan ivan. Tiba-tiba ivan menyodorkan beberapa kertas yang sudah tertata rapi seperti sebuah proposal dari tasnya. Sampul depannya bertuliskan “Proposal Masa Depan Kita”. Mata kedua insan itu bertatap dengan seksama dalam waktu 3 menit lalu tangan anggi langsung merengkuh dan mencoba membuka perlahan untuk membaca isi dalam kertas itu. Ketika membuka halaman pertama terlihat tulisan.

“Dari proposal yang aku ajukan padamu ini, aku menjanjikan untuk membuatkan kamu satu rumah. Walaupun tidak sebesar yang kamu tempati bersama orang tua. Tapi rumah yang aku buat sangat mungil dengan di polesi kebahagiaan serta keikhlasan hati. Sepetak taman di belakang rumah kamu akan melihatnya. Penuh rumput dan bunga-bunga yang indah sepertimu untuk menyejukan aku sepulang kerja. Mampu membawa anak-anak kita nanti melihat bulan dan bintang ketika malam tiba. Memberitahu mereka apa itu langit, rumput, bunga, pohon, dan arti hidup bahagia. Kita mengajarkan agama yang baik. Memberikan tanggung jawab yang semestinya. Karena hidup adalah untuk mencari, mendapatkan dan menikmati bahagia. Dan aku ingin memiliki kebahagian bersama kamu untuk melewati perjalanan hidup. Menikahlah denganku.”

Tidak sampai selesai membaca isi dari proposal itu, Anggi mengangkat wajahnya dan melihat ivan kembali. Tak lama anggi berkata, “ya udah lu datang ke rumah, ketemu nyokap gw. Kalo lu emang niat baik sama gw. Gw ijinin lu datang ke rumah.”
Terlihat mata anggi meneteskan air mata. Entah itu kebahagian atau kesedihan. Semoga saja tetes mata itu adalah air mata kebahagiaan, ungkap ivan dalam hati.



* Mari kita mulai hidup dengan rencana. Dengan kebiasaan dan niat baik untuk mendapatkan kebahagiaan yang kita impikan. Mimpi dengan rencana pun sama halnya kunci mencapai keinginan kita. Semua tergantung dari cara kita untuk menggapai apa yang kita mau.”

Monday, September 22, 2008

Tadi Pagi di Perjalanan Jenggot

Dalam perjalan menuju ke kantor tadi pagi. Saya merasa ada sesuatu yang berbeda. Sangat berbeda rasanya karena saya hanya terdiam mengingatnya. Kalo melihat dia ngaji sembari saya nyupir, itu udah sering saya lihat di bulan ini. Kalo melihat dia sms dan nelpon, itu juga udah biasa. Kalo ngomongin tentang ide ato masalah kantor, hal biasa juga. Kalo ngomongin masalah saya mesti menikah setelah punya tanggung jawab, itu udah sering. Kalo ngomongin masalah rumah tangga yang sedang ato akan dihadapin, akh udah biasa juga. Kalo ngomongin saya lagi deket dengan orang satu kantor, itu kadang dibahas. Trus apa yang bikin beda?
Kata-katanya membius hati juga mengajarkanku. Intinya begini, “Hanya doa anak shaleh yang bisa mengurangi dosa Emak dan Bapak kita disana. Ya memang doa aku juga sampe tapi tidak akan mengurangi dosa mereka. Kasian kan mereka, kita ngga tau waktu itu mereka ibadahnya gimana. Pasti ada yang bolong dan tidak maksimal. Mumpung masih umur segini ya kita kurangi dosa mereka, jangan hanya mikir ngapusin dosa sendiri terus. Kita hitung aja dalam waktu hidup di kasih 60 tahun. 10 tahun kita hitung untuk waktu kita kecil. Sekarang waktunya kamu benar-benar mengingat mereka dengan sesungguhnya. Mumpung bulan ramadhan, setiap doa kita di lipat gandakan. Ga ada salahnya kan berdoa. Ketika kamu berdoa, kamu akan dapet pahala dan orang tua kamu pun akan dapat pahala. Hal itu udah ganda. Apalagi kamu berdoa di bulan ramadhan ini. Doa kamu akan di lipat gandakan. Kalo bekal didunia ya cukup kamu bisa makan dan jajan karena ketika kita mati ya udah ga bakal bisa dinikmati lagi. Makanya ketika nanti kamu punya anak pun yang di utamakan adalah agamanya. Itu adalah bekal buat kamu juga. Sejak dini sebisa mungkin kamu harus mengajarkan mereka. Karena bekal akhirat kekal adanya.”

Thursday, September 18, 2008

Orang Itu Bener

Akhirnya saya menulis ini. Bukan karena saya kesal atau emosi. Hanya saja ada sedikit unek-unek yang mesti saya keluarin. Saya tidak bercerita lewat mulut yang sebagian orang melakukannya. Mudah-mudahan saja orang yang ngomong dengan nada tinggi itu bisa baca. Apalagi belum lama ini saya melihat tulisannya. Ada rasa menyesal? Tentu iya. Karena ini baru pertama kali saya alami. Tapi penyesalan itu tak ada gunanya. Semua yang berlalu biarlah berlalu. Mau bersinar atau layu biarkan saja, semua adalah pilihannya.

Secara tiba-tiba sepulang kantor, saya dikagetkan oleh dua pesan yang muncul di layar hape saya. Awalnya masuk saya tidak tahu, tidak ada getar atau bunyi sekalipun. Mungkin saja pesan itu datang ketika saya mengisi bensin untuk mobil saudara saya.
Pesan yang terbaca salah satunya begini : “Van, mau tau ga kesalahan apa yang telah gw lakuin. Adalah membiarkan lo masuk ke kehidupan gw, kesalahan paling besar banget”.
Katanya seh, “bukan marah, cuma mempertegas aja supaya lo tau”.
Teng-tong???? (gw diem dan mikir). Ini bukannya cara orang marah? Mempertegas kok marah-marah. Ga ada angin, ga ada gluduk tiba-tiba sms begitu. Padahal sore harinya dia masih ym ma gw dan terlihat biasa. Kalo misalkan salah, kemana aja dia kemarin. Kok udah beberapa bulan baru dia sadar. Aneh. Tapi bagus juga seh dia jadi sadar kalo ternyata gw termasuk orang aneh hahahahhaa
Oh iya, saya lihat di tulisannya setelah malam itu marah-marah yang ga jelas. “Kalo orang baik belum tentu benar, kalo orang bener pasti dia baik”. Berarti selama ini saya orang baik, “alhamdulillah” tapi ga bener “alhamdulillah”. Semua orang ada kelebihan berikut kekurangannya. Mungkin kelebihan saya “ga bener”, kekurangan saya “baik” atau itu terbalik. Akh bodo aja yang penting saya mikir begitu.


# Cuma iseng nulis doang. Kalo ada kesalahan nama dalam tulisan ini mohon ga usah di bahas. Tata hati, jaga diri di bulan suci. Jangan ada emosi apalagi dengki. Selamat berpuasa menyambut kemenangan.

Wednesday, September 17, 2008

Buaya

Saat bercerita karena melihat adegan pawang buaya dimakan buaya. Pawang singa digigit singa di salah satu email yang masuk.

Cewe : Tau ga lo. Gw pernah liat di Kalimantan ada anak kembar, tapi yang satunya mirip buaya. Serem bo.
Cowo : (dengan muka bloon), Mungkin bapaknya buaya.

Didengar oleh AE freelance dan Senior AE daerah manggarai yang hampir nimpukin si cowo

Tuesday, September 16, 2008

Suci Hati

Menata hati, menjaga diri, tanpa iri di bulan suci.


Selamat Berpuasa Di Bulan Ramadhan.

Kalo

Kalau masih berpikir tergantung orang, kapan mau jadi diri-sendiri!!!!!

Friday, September 12, 2008

Bukan Bapak-Ku

Kemarin saya melihat kembali seorang bapak meninggal. Yang ditakuti oleh anak-anaknya tapi kurang disegani. Ia berjiwa keras, susah berkata setuju. Jikalau ada hal-hal yang kurang sreg, ia akan tetap dengan keputusannya. Ada beberapa cerita bersama alm. Salah satu contohnya ketika saya, istrinya dan alm pergi menjenguk cucu dari anak keduanya yang pesantren di daerah sukabumi. Saat itu ditengah jalan istrinya meminta berhenti untuk membeli kelapa muda ijo untuk alm ini. Saya dan istrinya keluar untuk membeli kelapa tersebut. Dan setelah kelapa itu siap dibawa pulang saya langsung masuk aja dan menancap gas tanpa melihat ke belakang bangku mobil. Setelah 5 km berlalu kita sadari tak ada suara di belakang bangku, dan seketika kita kaget bukan main. Ternyata si alm ini tertinggal di tukang kelapa muda. Alhasil kita kita langsung puter arah untuk menjemputnya. Dari kejauhan saya sudah melihat wajah merahnya menyambut saya dan istrinya. Yah itulah salah satu ceritanya, kalo ditulis mungkin tak akan muat sampai beberapa kalimat. Lanjut lagi ke keadaan dalam rumah. Hamper semua orang tak lepas membicarakannya. Tapi namanya orang ya, segimanapun keadaannya, kemarahannya, keegoisannya, kerasnya sifat, dan lain halnya. Jika ia tiada, hampir semua menangisinya. Dari anak, cucu beserta sodara dekatnya lainnya. Tapi tidak termasuk saya, cucu dari yang saya anggap ibu karena menikah dengan adik lelaki pertama dari ibu saya yang merawat setelah ibu meninggal yang kemudian di susul bapak saya. Air mata saya tak muncul keluar. Entah sudah kering ato mungkin sudah biasa lewati rintangan dalam hal kematian.

Nb : ketika semua orang menangis dengan kematian, semoga saya bisa menangis ketika orang berbahagia.

Tuesday, September 2, 2008

Bapakku

Aku masih ingat saat selesai ujian untuk menentukan naik kelas 4 sekolah dasar, aku beranikan diri menandatangani hasil ujian itu sendirian tanpa sepengetahuanmu. Tapi tetep saja aku tak bisa sembunyikan rahasia itu. Kamu marah besar dan hampir memukul dan mengusirku dan anehnya saat itu aku malah marah balik. Lalu aku marah lagi saat aku berantem bersama teman mainku, dan aku sakit matanya gara-gara pukulannya dan kamu tidak memukul balik anak itu. Dan aku marah ketika makanan yang kau berikan ke kakak perempuanku lebih nikmat dibandingkan aku hanya gara-gara dia menangis. Dan aku marah besar ketika kamu menikah lagi dengan wanita lain selain ibuku, setelah ibuku tiada 4 tahun setelahnya. Aku marah saat kamu lebih memberikan perhatian lebih untuk wanita selain ibuku. Namun saat aku di rawat di Rumah Sakit gara-gara sakitku, kamu sangat gelisah karena panasku diatas 40, kamu rawat aku tanpa peduli kemarahanku. Sejak itu aku mulai mengerti aku mesti mencintaimu lagi karena sekali aku menjadi anakmu aku tetap anakmu. Seperti yang akan terjadi pada anakku, cucumu. Walau apapun telah kuperbuat untukmu aku tetap anakmu dan kamu tetap bapakku.

# Selamat jalan Bapak, semoga kamu bisa menjaga ibu di surganya.