Akar gigi = jenggotan

Akar gigi = jenggotan

Tuesday, December 2, 2008

Berbagi

Setiap hari Budi melewati sebuah toko sepeda untuk berangkat ke sekolah. Ketika melintasi toko sepeda, Budi tampak ingin memilikinya. Ia memimpikan untuk bisa mengendarai sepeda tersebut. Dari hasil uang jajan yang di kasih oleh orang tuanya, budi mencoba untuk menyisihkan ke dalam celengan yang ada di rumahnya. Hingga suatu ketika, Budi merasa uang tabungannya sudah penuh dan merasa sudah cukup untuk membeli sebuah sepeda yang diimpikannya selama ini. Terlihat ia memecahkan celengan dengan penuh semangat. Praakkkk..suara celengan pecah dan uang berserakan di dalam kamar Budi. Ia memunguti uang tabungannya satu persatu dan menghitung lembar demi lembar serta beberapa recehan yang keluar dari celengannya. Wajah Budi terlihat cerah, seakan ia mendapatkan keinginan yang diimpikan selama ini. Keinginan mengendarai sepeda baru hasil tabungan sendiri.

Uang tersebut ia masukan ke sebuah tas kecil dan tanpa sadar Budi membawanya sampe tertidur sembari mendekapnya. Keesokan harinya, Budi sudah memakai seragam lengkap. Ia beranjak keluar rumah dengan memakai tas lengkap dan memeluk tas kecil berisi uang tabungan untuk membeli impiannya, sebuah sepeda.

Sampai di toko sepeda, Budi mencoba sepeda yang akan dibelinya. Wajahnya tampak ceria dan senang. Namun pandangan budi saat itu tertuju pada sebuah toko seragam sekolah yang berada hanya beberapa meter dari toko sepeda. Budi langsung mengingat Abdul teman sekolahnya yang secara ekonomi ia tak mampu. Budi ingat bahwa Abdul ke sekolah memakai seragam yang sobek serta sepatu yang bolong dan jika terkena hujan itu akan merasakan air masuk. Apalagi saat terkena panas, sepatu Abdul tak mampu menahan teriknya karena sinar matahari mampu menembus kakinya.

Budi masih mendekap uang tabungannya. Ia berpikir apakah uang tersebut untuk membeli sepeda atau membeli sepatu dan pakaian untuk perlengkapan sekolah Abdul. Budi tampak bingung, pikirnya uangnya itu adalah tabungan sendiri kenapa juga harus membeli perlengkapan sekolah Abdul.

Namun Budi ingat akan pesan gurunya, “Kita itu harus berbagi”. Pikiran Budi langsung menerawang saat ia berada di sekolah. Ia di latih untuk saling berbagi. Bagaimanapun keadaannya. Akhirnya Budi membelikan perlengkapan sekolah untuk Abdul. Saat memberikan perlengkapan tersebut, Abdul langsung menangis dan langsung memeluk Budi. Untuk ke sekolah, Budi di bonceng oleh Abdul naik sepeda besar milik bapak Abdul.




November 08

saat membuat sinopsis

No comments: