Akar gigi = jenggotan

Akar gigi = jenggotan

Tuesday, November 25, 2008

Bukan dede lagi, nek.

Dan ia begitu terlelap setelah beberapa menit kita berbincang. Tak banyak yang tertuang kali itu. Aku juga tak mau memaksanya untuk terus menumpahkan kangenku. Mata nenek sudah tampak sayu. Tanda ia sudah mengantuk. Kulihat kulitnya juga sudah mulai keriput. Terlihat uban yang semakin banyak. Aku rasa ia sudah menua. Jadi ingat ketika ibu tiada. Ia yang merawat aku, kakak, dan adik perempuanku. Setelah aku hitung, ternyata itu sudah 18 tahun yang lalu. Waktu yang tidak sebentar. Tak terasa air mengalir dari mataku. Ternyata aku menangis sembari memegang tangan keriputnya. Dan malam itu aku tidur disamping nenek dengan pulasnya.

Nenek membangunkan aku sebelum adzan subuh berkumandang. Tapi aku masih bermalas-malasan dengan bantal itu. “De bangunlah, waktunya kamu menjadi imam. Ayo dong de, gimana mau dapet rejeki kalo yang diberi rejeki masih tidur. Lihat tuh malaikat udah mulai turun kalo jam segini. Jangan sampe malaikat hanya lewat dan rejeki kita terlewat.” Sembari menggoyangkan badanku, nenek terus memaksaku untuk bangun. Nenek masih memanggil nama kecilku, “dede”. Aku jadi malu kalo denger nama itu. Adikku pun tak suka jika aku dipanggil dengan nama dede.

Hingga akhirnya aku bangun dari tidur itu, dan diciumlah aku oleh nenek. Suatu kebanggan yang tak ternilai olehku pagi itu. Lalu beranjaklah aku ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Nenek hanya bilang, kamu kebiasaan kalo mau shalat ga mandi dulu. Mandi dulu sana, biar nenek tungguin sekalian mau sunnah.

Setelah shalat itu, aku terus berbincang bersamanya. Dan akhirnya keluargaku yang lain bangun. Kita pindah ke dapur untuk memasak. Sama seperti aku sekolah sebelum pindah ke jakarta. Memasak pagi bersama nenek.

November 2008-11-26

Setelah bertemu nenek sabtu kemarin dan kangen itu kembali dateng.

No comments: