Akar gigi = jenggotan

Akar gigi = jenggotan

Monday, November 10, 2008

Dua Orang Itu, Pergi.


“Apakah aku pernah berjanji selalu ada dan tak akan hilang untukmu. Karenaku punya suatu rasa yang belum hilang dalam hatiku. Saatku beranjak pergi, akupun tak bisa lupakannya. Tak hilang dari pikiran. Mungkinkah itu janji yang bukan sekedar. Pikiranku menerawang jauh dikala sendiri, dimalam itu, tanpa siapapun.”

Baru saja, dewi beranjak pergi. Akan tetapi ingatannya masih kemasa bersama dewa dan dewo. Entah kenapa nama mereka hanya berbeda satu huruf dibelakangnya. Bukan suatu kesengajaan. Waktu itu dewi hanya berteman dengan dewa, karena awal masuk kuliah dewi dan dewa satu paket. Dan dewa saat itu mencoba untuk berkenalan dengannya. setelah itu dewa mencoba mengungkapkan isi hatinya, namun mereka akhirnya memilih untuk menjalin pertemanan saja dengan rasa yang ada.

Suasana jalan kota semarang masih teramat sepi di pagi itu. Diantara jalan yang dilewatinya, ia ingat kembali dengan gang Haji Nasir. Dimana gang itu adalah kostan dewo, teman dewa kala itu. Dewi tampak memberhentikan mobilnya tak jauh dari gang tersebut, hanya beberapa meter saja. Namun dalam benak dewi terselip keraguan jika ia harus turun dari mobilnya. Mata dewi seketika berlinang setetes cairan, entah dari mana datangnya. Secara cepat dewi menghapus lalu pergi perlahan dari pandangan gang haji nasir.

Dengan bersedih dan air mata terurai. Dewi bertahan dikesendirian dalam mobilnya. Ia menatap alam dengan keindahan perkebunan semarang. Beberapa orang masih sibuk bercocok tanam. Sesekali ada anak kecil ikut membantu orang tuanya. Dan dewi, ia tak perduli dengan niat awal pagi itu untuk pergi menjalani rutinitasnya. Pergi mencari sepiring nasi untuk perutnya.

Dalam kesendirian itu, dewi seakan ingin berteriak. Bersama kalian aku menghabiskan waktu. Walau tak sesempurna, namun tetap saja memberi arti khusus dalam hatiku. Dalam langkah yang semakin hari kita terpisah. Dulu kita bilang tak ada keterbatasan untuk menghadapi sesuatu. Menghalau segala kesedihan. Mengejar mimpi jangan sampai berhenti. Seperti matahari yang tiap pagi, setianya dengan mentari. Jangan sembunyi dari kenyataan. Kalian tahu, ini sungguh membebaniku.

Seakan menyesali akibat dua orang lelaki, dewa dan dewo yang tiba-tiba menginginkan dirinya untuk menjadi kekasihnya. Namun dewi tetap dengan pendiriannya. Sahabat adalah luapan jiwa. Lebih dari sekedar seorang kekasih. Karena sahabat adalah arti seorang penyayang. Dimana waktu itu, tidak menuntut balik.

Kesempatan hilang dari hadapannya, dewi hanya bisa tetap terdiam dan menangis layaknya seorang wanita pada umumnya. Ia masih ingat ketika ingin memberikan berita gembira, saat ia lulus dengan nilai tertinggi dikampusnya. dan ia memergoki dewa sedang bercumbu dengan dewo.

Secara tak sengaja ia dikagetkan suara yang tak asing ditelinganya, hidup harus berubah wi, dan kita harus pergi ke arah lebih baik, mulai sekarang. Saat kesedihan dan emosi mengalahkan akal. Kita harus tetap bertahan. Jangan hanya numpang tidur dan bermimpi wi, ayo kita menyelesaikan studi ini.



November 08.

No comments: