Akar gigi = jenggotan

Akar gigi = jenggotan

Sunday, November 30, 2008

Cempaka

Sekitar tiga tahun yang lalu, vian diserahi amanah mengurusi sebuah kost binaan di daerah Universitas Indonesia, Depok. Ada 10 mahasiswa yang tinggal disana, salah satunya adalah cempaka. Cempaka berasal dari kota bandung, namun lama menempati rumah daerah kali deres bersama ibunya. Ia anak yatim dan tidak memiliki ayah. Vian pun menganggap ia sebagai adik sendiri.

Suatu ketika, cempaka kecelakaan, jatuh dari motor dan mengalami patah tulang. Terpaksa ia di rawat di rumah sakit. Karena sakitnya parah dan ia tampak kesakitan, vian dan beberapa temannya mengambil keputusan untuk memilih rumah sakit paling baik di Depok. Memang penanganannya sangat cepat, sehingga kondisi Cempaka dengan cepat berangsur membaik. Tetapi pelayanan baik, ternyata ongkosnya mahal. Vian terpana ketika seorang suster menyodori draft estimasi biaya yang harus di bayar : tujuh juta! Angka yang begitu besar bagi vian yang saat itu masih mahasiswa dan berasal dari kalangan ekonomi pas-pasan. Saat itu, di kantong vian hanya ada uang 70 ribu rupiah dan itu juga untuk makan seminggu kemudian yang akan menginjak akhir bulan. Untuk memberi tahu orang tua Cempaka, vian dan teman-teman tidak tega.

Vian pun mengambil air wudhu, shalat. Saat itulah, vian “curhat” habis-habisan kepada Allah. Betapa engkau Mahakarya, ya Allah! Angka tujuh juta bagi-Mu hanyalah jumlah yang sangat kecillll...dan ajaib setelah shalat, vian merasakan ketenangan yang luar biasa.

Vian dan beberapa teman pun menelpon teman-teman yang lain, para mahasiswa dan mahasiswi serta keluarga masing-masing untuk penggalangan dana bagi cempaka. Subhanallah,...mereka begitu cepat merespon. Dan alhamdulillah, sekitar lima juta terkumpul dalam dua hari. Kami optimis, meskipun masih ada kekurangan dua juta.

“Allah Mahakarya...” kalimat itu yang tak henti-hentinya kami desahkan. Dan benar, Allah memang Mahakarya. Ia dengan mudah memberikan kekayaannya kepada hamba yang membutuhkan, dari arah yang tidak terduga-duga.

Malam itu, hari ketiga Cempaka dirawat. Ia sudah di operasi, tinggal pemulihan kondisi. Tiba-tiba seorang bapak paruh baya menemui kami. Ia memanggil seorang teman kami yang kebetulan mengurusi masalah keuangan. Beberapa menit kemudian, ketika ia keluar dari ruangan tersebut. Tiba-tiba ia langsung memeluk vian dan beberapa teman yang lain sambil menangis terisak-isak. Ia bercerita, bahwa bapak itu barusan menyerahkan uang sebanyak dua juta, cash! Padahal bapak itu tidak kenal Cempaka, dan cempaka pun tidak mengenalnya. Demikian juga kami, tidak mengenalnya.

Allah memang Mahakarya.

November 2008

Setelah melihat ATM di akhir bulan

No comments: